Pengikut

Jumat, 30 Januari 2015

SEJARAH DESA ASAL USUL DESA TEGAL GUBUG


Setelah perang antara
Kerajaan Telaga (kerajaan
cikijing,majalengka) dan Kerajaan
Galuh (kerajaan Jatiwangi,majalengka)
melawan kesultanan Cirebon,
kerajaan Telaga dan Galuh dapat
ditaklukan, akhirnya masyarakat
Telaga memeluk Islam
Kemudian Sunan Gunung
Jati dalam penyiaran Agama Islam di
Negeri Talaga dan Galuh mengutus
beberapa orang Gegeden yang
memiliki banyak ilmu dan kesaktian
tingggi, untuk memberikan
pengawasan terhadap tanah taklukan
kesultanan Cirebon, kerana masih
ada pepatih yang masih belum
memeluk Agama Islam. Diantara
Gegede yang diutus itu adalah Syaikh
Suropati / Ki Suro. Seorang Gegede
yang terkenal sakti mandraguna yang
berasal dari Negeri Arab (sumber lain
mengatakan dari Mesir dan Baghdad)
. Yang nama aslinya yaitu Syaikh
Muhyiddin Waliyullah / Syaikh
Abdurrahman, yang sudah dua tahun
tinggal di keraton Cirebon, sabagai
santi (murid) Sunan Gunung Jati, lalu
setelah dianggap cukup ilmunya oleh
Sunan Gunung Jati beliau diutus
untuk membantu menyebarkan
Ajaran Islam keseluruh pelosok
penduduk Jawa Barat, dalam
perjalanan penyebaran Ajaran Islam
banyak mendapat tanggapan baik
dari rakyat, namun tak jarang pula
rintangan yang dihadapinya, beliau
harus bertanding melawan
penggedean pedukuhan tersebut.
Namun berkat kesaktian ilmuny ayng
mandraguna mereka dapat ditaklukan
dan mereka mau memeluk Agama
Islam.
Lalu atas jasa dan ilmu
kesaktianya, Syaikh Muhyiddin
diangkat oleh Sunan Gunung Jati
menjadi pepatih unggulan / panglima
tinggi (pengawal Sunan) dinegeri
Cirebon dengan gelar Ki Gede
Suropati. Setelah pemberian gelar
tersebut Kanjeng Sunan
memerintahkan Ki Suro bertandak ke
pondok Ki Pancawal (seorng
pembesar kerajaan talaga) untuk
membawakan kitab suci Al-quran
yang berjumlah banyak diperuntukan
sebagai pedoman di Negeri Talaga
dan Galuh. Namun ditengah jalan
perjalanan menuju negeri Talaga Ki
Suro menemui adegan sayembara
merebutkan seorang putrid cantik,
barang siapa yang mampu
mengalahkan Ki Wadaksi (pembesar
kerajaan talaga) akan dijodohkan /
dikawinkan dengan putrinya yang
bernama Nyi Mas Wedara, lalu Ki
Suro ikut dalam sayembara tersebut
Ki Suro hanya ingin mengetahui ilmu
yang dimiliki oleh Ki Wadaksi, akhir Ki
Suro dapat mengalahkan Ki Wadaksi
dan kemudian memeluk Agama Islam
bersama-sama muridnya. Tapi Ki
Suro tidak menikahi Nyi Mas Wedara,
namun Putri Ki Wadaksi tersebut
malah diserahkan kepada Raden
Palayasa yang sebelunnya mereka
saling mencintai.
Kemudian Ki Suro dibawa
oleh Ki Pancawala di pondoknya, dan
dijamunya dengan jamuan istimewa
sambil menyerakan kitab suci Al-
quran. Dengan senang hati Ki
Pancawala didatangi Ki Suro, namun
dalam jamuan itu Ki Suro terpesona
melihat putri Ki Pancawala yang
bernama Nyi Mas Ratu Antra Wulan,
dalam hati Ki Suro punya keninginan
untuk menjadikannya pendamping
hidupnya. Namun sebelum Ki Suro
mengatakan keinginannya untuk
meminang Nyi Mas Ratu Antra Wulan,
Ki Pancawala sudah mengatakan
bahwa putrinya akan diserahkan
kepada Sunan Gunung Jati yang
diharapkan menjadi Istrinya, dan Ki
Suro bersedia untuk mengatarkanya
ke keraton Cirebon.
Dalam perjalanan menuju
keraton Cirebon, sangatlah panjang
dari masuk dan keluar hutan sampai
naik dan turun gunung. Dalam suatu
perjalanan mereka mendapati sebuah
Gubug kecil ditengah-tengah hutan
belantara, Ki Suro meminta
beristiharat sebentar untuk
menghilangkan rasa letihnya. Setelah
itu mereka melanjutkan
perlajalanannya menuju keraton
Cirebon, namun sebelum Ki Suro
menlajutkan perjalanan tiba-tiba
dikejutkan dengan kedatngan Nyi Mas
Rara Anten, yang meminta Nyi Mas
Ratu Antra Wulan untuk dijodohkan
dengan putranya. Kemudian
terjadilah perang tanding yang seru
pada akhirnya Nyi Mas Ratu Anten
dapat dikalahkan.
Perjalanan dilanjutkan
kembali, setelah sampainya di
keraton Cirebon, Ki Suro
menyerahkan Nyi Mas Ratu Antra
Wulan dan menyampaikan amanat Ki
Pancawala kepada Sunun Gunung
Jati. Namun amanat Ki Pancawal yang
menginginkan anaknya menikah
dengan Sunan Gunung Jati tidak
diterima dengan cara halus, karena
Sunan Gunung Jati sesungguhnya
telah mengetahui bahwa Ki Suro
menyukai Nyi Mas Ratu Antra Wulan.
Karena itu Sunan Gunung Jati
memerintahkan Ki Suro menikahi Nyi
Mas Ratu Antra Wulan.
Setelah Ki Suro dan Nyi Mas
Ratu Antra Wulan menjadi suami
istri, mereka membangun
pedukuhan / perkampungan
disebuah tegalan ditengah-tengah
hutan yang dahulu terdapat sebuah
gubug kecil yang mereka pernah
singgahi sewaktu perjalanan dari
kerajaan Talaga menuju keraton
Cirebon.
Pedukuhan itu atas izin dan restu
dari Sunan Gunung Jati, dan diberi
nama “Tegal Gubug” yang mana
nama tersebut terdiri dari dua suku
kata yaitu :
· Tegal artinya : Tanah yang
dicangkul untuk ditanami
· Gubug artinya : Rumah kecil
yang terbuat dari bambu dan
atapnya dari daun tebu
· Tegal gubug : Sebuah rumah
kecil yang sangat sederhana
terbuat dari bamboo, yang
sekitarnya terdapat tegalan
(galengan) yang siap ditanami.
Peristiwa terbentuknya nama
Tegal Gubug ini terjadi sekitar 1489
M. [ Sekitar akhir abad ke 15 ] pada
saat kesultanan Cirebon dipimpin
oleh kanjeng Syaikh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Cirebon. Yang merupakan salah satu
Wali dari Walisongo, yang dituahkan
ilmunya oleh Rekan-rekannya.
Setelah terbentuk sebuah nama
pedukuhan / perkampungan Tegal
Gubug, kemudian Ki Suro
melanjutkan misinya untuk terus
menyebarkan Ajaran Islam. Terbukti
dengan pesatnya Agama Islam
disekitar Masyaratnya, yang ketika itu
masih mempercayai (menganut,
menyembah) Agama Nenek
moyangnya yaitu : Animisme (aliran/
kepercayaan terhadap benda) dan
Dinamisme (aliran/kepercayaan
terhadap Roh) dan Hindu, Budha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar